Apa yang kini rakyat Indonesia telah pikirkan? Para mahasiswa
membuat kekacauan di mana-mana yang hanya merugikan warga. Mereka beralasan
bahwa mereka melakukan semua itu sebagai perwujudan dari penolakan mereka
terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Padahal, pemerintah
melakukan itu semata-mata hanya untuk menyelamatkan Negara ini dari
keterpurukan.
Sebenarnya, para menteri dan presiden sendiri sudah merencanakan
hal itu sejak lama. Mereka hanya tinggal menunggu persetujuan DPR-RI saja. Di
pihak DPR-RI sendiri telah terjadi pergolakan yang cukup a lot. Hingga Hari
Senin malam (17/6), telah diadakan voting di gedung DPR-RI. Hasil voting
menyatakan bahwa harga BBM resmi akan dinaikkan.
Para mahasiswa tidak senang dengan adanya keputusan ini. Di
beberapa tempat seperti Medan dan Jakarta (tepatnya di depan gedung DPR-RI),
para mahasiswa ini melakukan demonstrasi yang berujung anarkis sejak para
anggota DPR-RI mengadakan rapat paripurna hingga keputusan untuk menaikkan
harga BBM dibuat. Bahkan, para mahasiswa di Medan merusak salah satu restoran
cepat saji yang berada tepat di depan kampus mereka secara membabi buta.
Sebelumnya, aksi demonstrasi yang berujung anarkis ini juga terjadi
di berbagai tempat. Para aparat setempat telah melakukan berbagai cara untuk membubarkan
mereka dan tidak jarang pula beberapa aparat tersulut emosinya sehingga
melakukan tindakan kekerasan pada beberapa mahasiswa.
Hal ini sangat ironis, karena pada dasarnya, para aparat dan para
mahasiswa berada di posisi yang sama, sama-sama rakyat Indonesia. Peristiwa ini
mengingatkan kita pada tragedi yang terjadi pada beberapa tahun terakhir di era
90-an. Namun, keadaan saat itu berbeda. Para mahasiswa melakukan demonstrasi
karena kekeliruan yang dilakukan oleh Presiden Suharto (alm) saat itu. Kali
ini, para mahasiswa melakukan demonstrasi hanya untuk menyalurkan aspirasi
rakyat yang tidak setuju jika harga BBM dinaikkan yang sayangnya selalu
berbuntut anarkis dan malah merugikan warga sendiri.
Memang, langkah pemerintah yang diambil saat ini adalah sebuah
langkah instan agar rakyat Indonesia dapat hidup lebih baik yang mempunyai
sebuah kelemahan. Namun, pemerintah berpikir bahwa langkah ini cukup baik untuk
dilakukan dalam keadaan negara saat ini. Sayangnya, rakyat tidak memahami
tujuan dari kebijakan ini. Mereka berpikir jika harga BBM naik maka semua harga
kebutuhan pokok pun akan ikut naik dan mereka tidak akan sanggup lagi bertahan
hidup. Alasan inilah yang membuat mereka tidak menyetujui dengan dinaikkannya
harga BBM.
Beberapa hari terakhir ini, harga beberapa bahan pokok seperti
telur, cabai, bawang, dan lain sebagainya mulai merangkak naik. Bahkan ada
beberapa di antaranya yang tiba-tiba menjadi langka. Banyak kalangan menengah
ke bawah yang khawatir akan kondisi ini. Ditambah lagi, dalam waktu dekat Bulan
Ramadhan akan segera tiba. Hal ini membuat mereka mulai menjerit menyuarakan
keluhan mereka pada pemerintah.
Dengan fenomena unjuk rasa yang terjadi saat ini, kita dapat
melihat tanda-tanda bahwa kepercayaan rakyat terhadap pemerintah sudah mulai
hilang. Seharusnya, rakyat percaya jika pemerintah sudah mempersiapkan segala
sesuatunya dengan matang. Pada dasarnya, pemerintah melakukan penghapusan
subsisi secara bertahap dan berharap subsidi yang diberikan tepat sasaran.
Hanya saja, langkah pemerintah ini tidak rakyat pahami dengan baik sehingga
yang rakyat ketahui adalah harga BBM akan naik.
Rasa saling percaya di antara rakyat dan pemerintahan sangatlah
penting. Jika rasa percaya itu sudah hilang, maka tidaklah mustahil jika negara
ini akan runtuh. Kita, sebagai rakyat Indonesia, tidak boleh membiarkan hal itu
terjadi. Kita tidak boleh menyia-nyiakan perjuangan para pahlawan kita
terdahulu yang rela mengorbankan nyawanya hanya untuk kemerdekaan negeri ini.
Maka, bangunlah rasa kepercayaan di antara rakyat dan pemerintahan dan jangan
sekali-kali menyalahgunakan kepercayaan itu.
0 comments:
Post a Comment