あくら: The Fault in Our Stars

Pages

Monday 17 June 2013

The Fault in Our Stars





Judul               : The Fault in Our Stars (Salahkan Bintang- Bintang)
Nama pengarang  : John Green (@realjohngreen)
Nama penerbit     : Penerbit Qanita, PT. Mizan Pustaka
Cetakan            : II
Tahun terbit       : 2013
Bahasa             : Indonesia
Penerjemah         : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Jumlah halaman   : 424 halaman
Tebal buku         : 2,6 cm



NOVEL BRILIAN BUAH KARYA JOHN GREEN

John Green adalah penulis terlaris New York Times dan pemenang penghargaan , dengan banyak penghargaan antara lain Printz Medal, Printz Honor, dan Edgar Award. Dia telah dua kali menjadi finalis LA Times  Book Prize. Bersama saudara laki-lakinya, Hank, John adalah setengah dari Vlogbrothers (youtube.com/vlogbrothers), salah satu proyek video online terpopuler di dunia.
Kini, di dalam novel fiksinya yang berjudul “The Fault in Our Stars”, ia mencoba membuktikan bahwa cerita khayalan juga dapat bermakna.
Mengidap penyakit kanker saat berusia 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial. Itulah yang dialami Hazel Grace. Penyakitnya itu mengharuskannya memakai selang yang terhubung ke sebuah tabung oksigen setiap saat. Sudah begitu, ibunya terus memaksanya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker. Padahal, Hazel malas sekali.
Tapi, semenjak seorang cowok bernama Augustus Waters bergabung, Hazel mulai tertarik padanya dan tidak malas lagi untuk menghadiri pertemuan rutin kelompok  penyemangat kanker itu. Bagaimana tidak tertarik, Augustus, cowok cakep, pintar, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel pun mendapat pengalaman yang menarik dan tak terlupakan selama berada di Amsterdam di samping kekecawaannya terhadap penulis pujaannya yang ternyata adalah seorang pemabuk dan telah merendahkannya.
Namun, penyakit kanker adalah sebuah granat yang sewaktu-waktu dapat meledak dengan mudahnya. Hal itulah yang terjadi pada Augustus di saat Hazel dan dirinya baru memulai kehidupan baru mereka. Apakah Augustus akan selamat dari kankernya dengan serangkaian pengobatan yang bahkan belum teruji keampuhannya? Atau Hazel harus menerima kenyataan bahwa ia tidak akan bisa memperoleh cinta abadi karena kanker yang diderita Augustus dan dirinya?
Kisah ini tidak hanya mengenai kisah cinta yang terjadi antara Hazel dan Augustus saja. Kita juga bisa mengambil pelajaran yang berharga dari semangat dan perjuangan para penderita kanker dan keluarga mereka (yang bagaimanapun, dorongan semangat mereka sama pentingnya demi kesembuhan atau kehidupan salah satu anggota keluarga mereka), terutama Hazel dan Augustus yang berusaha untuk menciptakan momen terindah mereka meski mereka tahu bahwa kanker bisa saja meledak di saat yang bahkan tidak mereka duga. Para penderita kanker ini memiliki semangat yang abadi meski sebagian anggota tubuh mereka harus hilang akibat kanker yang menggerogotinya.
Di dalam novel ini juga, John banyak menaruh kalimat-kalimat inspiratif dan bisa dibilang kontroversi namun cukup inspirasional. Dia pintar membuat metafora-metafora melalui perkataan beberapa tokoh yang diciptakannya, terutama Augustus Waters. Lelucon-lelucon yang diciptakan pun cerdas. John meletakkan semuanya pada tempatnya. Hal ini membuat kita tidak mudah bosan membacanya. Dengan novel ini, kita dapat mengetahui bahwa kita harus melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup sekalipun hidup yang kita miliki sangat singkat dibandingkan dengan orang-orang lainnya.
Mungkin, di novel ini ada sebuah kelemahan kecil, namun bagi saya, saya tidak melihat kelemahan itu. Saya justru mendapat inspirasi dan semangat dari novel ini karena sejujurnya saya mengalaminya di kehidupan nyata meski yang saya hadapi bukanlah kanker, namun sama-sama mematikan dan belum ada obatnya.
Ditutup dengan kisah yang mengharukan dan sebuah eulogi untuk Hazel yang ditulis oleh sang kekasih sendiri, novel ini sungguh menerangi jiwa bagi pembaca yang membutuhkannya. 

0 comments:

Post a Comment