あくら: June 2013

Pages

Tuesday 25 June 2013

Storm by Brigid Kemmerer


Judul                : Storm (Elemental Series)
Nama pengarang   : Brigid Kemmerer
Nama penerbit     : Mizan Fantasi, PT. Mizan Publika
Nama penerjemah  : Tria Barmawi
Tahun terbit       : Mei, 2013
Cetakan            : I
Tebal buku         : 3 cm
Jumlah halaman  : 556
Bahasa             : Indonesia

STORM
(Ketika Cinta Bertemu di Tengah Pertarungan Lama Para Elemental)


Brigid lahir di Omaha, Nebraska, dan tumbuh di beberapa kota yang berbeda di seluruh Amerika Serikat karena pekerjaan orangtuanya. Dia berpindah-pindah dari Albuquerque, New Mexico, sampai ke tepian danau di Cleveland, Ohio, hingga akhirnya menetap di Annapolis, Maryland. Brigid mulai menulis saat SMA, novel pertamanya bercerita tentang empat vampir bersaudara yang menimbulkan kerusuhan di sebuah kota pinggiran. Empat vampir bersaudara itulah yang kemudian menginspirasi para cowok yang muncul dalam seri Elemental. Brigid menulis di mana saja selama ada tempat untuk duduk. Dan, novel Elemental ini diselesaikannya sambil duduk di lantai di basement  hotel tempatnya mengikuti pertemuan penulis.
Saat menulis Storm, Brigid banyak tertimpa musibah yang berhubungan dengan air--ruang bawah tanahnyayang terendam banjir sebanyak tiga kali, atapnya yang beberapa kali bocor, keran air di dapurnya yang bocor, dan beberapa bagian dinding kamar rumahnya yang sempat rusak karena rembesan air. Dan, dalam rangka menulis Spark, Brigid berusaha memastikan kalau semua alarm pemadam kebakarannya aktif karena dia akan menulis tentang cowok yang punya kemampuan mengendalikan api.
Kali ini kita akan membahas mengenai novel Brigid yang berjudul Storm. Back to fantasy novels. Novel ini cukup menarik. Banyak tokoh yang saling berhubungan di sini. Satu hal yang penting, Brigid berhasil membuat pembaca tidak bosan ketika membaca novel ini. Kita aka selalu dibuat penasaran di setiap chapternya. Supaya kamu labih mengerti lagi tentang novel ini, saya akan memberikan sinopsisnya.
Empat bersaudara Merrick memiliki anugerah empat elemen berbeda—air, angin, api,, dan tanah. Mereka selalu berusaha agar tidak mencolok dan tidak menarik perhatian para Pemandu yang setiap waktu siap membawa para pengendali elemen yang dianggap mengancam keselamatan manusia. Namun, kehadiran Tyler dan Seth, musuh keluarga Merrick, memperkeruh keadaan. Mereka terus berusaha memancing amarah Merrick bersaudara dengan alasan pembalasan dendam keluarga.
Merrick bersaudara hamper selalu bisa menghindari segala masalah, hingga saat Becca hadir di tengah pertikaian mereka. Chris yang jatuh cinta pada Becca tidak bisa lagi mengendalikan lagi kekuatannnya setiap kali dirinya harus menyelamatkan Becca. Dan, ketika Chris berusaha mengendalikan kembali kekuatannya, segalanya telah terlambat karena Sang Pemandu telah mencium kekuatan mereka.
Di awal buku, kita akan disuguhi hal-hal misterius yang membuat kita terus menebak-nebak. Siapa dia? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa masalah mereka dengannya? Beberapa pertanyaan tadi mungkin akan terlintas di pikiran kamu. Namun, Brigid tidak terburu-buru untuk memaparkan semuanya sekaligus sehingga kita dapat menikmati perkembangan ceritanya dengan nyaman tanpa harus bingung dengan semua teka-teki di setiap chapternya.  Meski novel ini mengambil sudut pandang orang ketiga, tapi pergulatan emosi Becca dan Chris begitu nyata. Dan kisah cinta Chris dan Becca begitu unik karena mereka berdiri di tengah-tengah permusuhan dua keluarga yang pada akhirnya mengundang Pemandu untuk turun tangan.
Di sini, kita dapat mengambil pelajaran dari Merrick bersaudara. Solidaritas mereka sangat kuat meski mereka sering berkelahi, terutama dengan kakak tertua Chris, Michael. Michael selalu bersikap seperti ayah untuk adik-adknya, berharap bisa melindungi dan mengawasi mereka. Tapi, salah satu dari si kembar, Gabriel, kesal dengan sikapnya itu. Gabriel lebih pemarah dibanding kembarannya, Nick.  Dan, Chris juga terkadang terpengaruh dengan Gabriel. Mereka ingin Michael menjadi ‘kakaknya’, bukan ‘ayahnya’. Meski begitu, Michael bukanlah mengekang mereka, melainkan menjaga mereka agar tidak seperti dirinya yang pernah kehilngan kendali atas kekuatannya dan menyebabkan beberapa orang tewas. Mungkin saya akan mengutip satu kalimat di film Spiderman karena menurut saya kalimat ini pas dengan cerita di sini : Di mana ada kekuatan besar, maka di situ pun ada tanggung jawab yang besar. Kisah Merrick bersaudara ini patut dicontoh karena seburuk-buruk apapun keluargamu, mereka adalah keluargamu sendiri. Darah dagingmu.
Untuk karakter, saya akan mengambil dua tokoh untuk diambil sisi positifnya. Yang pertama adalah Becca. Becca adalah seorang gadis yang tangguh secara mental maupun fisik. Dia berani dan baik hati. Dia menyelamatkan Chris dari dua orang pemuda yang akan membunuhnya mati-matian meski ia sendiri bisa dibilang tidak mengenal Chris walaupun mereka berada di angkatan yang sama. Untuk kejadian-kejadian berikutnya, ia menjadi sering terancam bahaya dan masa lalunya yang suram bersama sang mantan pacar mulai terkuak. Semua hal itu terjadi semenjak dirinya dekat dengan Chris.
Yang kedua adalah Chris. Dia mungkin adalah pemuda idaman bagi para gadis yang menyukai keromantisan. Cintanya pada Becca begitu tulus. Dia rela mengorbankan apapun, bahkan kesenangan dan nyawanya hanya supaya Becca bahagia dan ‘hidup’. Dia rela menjauhi Becca demi keselamatannya ketika seorang Pemandu mulai mengawasi karena Becca pun ikut ditandai oleh Tyler dan Seth sebagai pengadu. Meski ia menjauh, namun ia tidak dapat untuk tidak mengawasi Becca. Dia selalu menyelamatkan Becca ketika gadis itu dalam bahaya. Hal itu menunjukkan bahwa rasa tanggung jawabnya yang begitu besar. Ia juga melakukannya kepada kakak-kakaknya meskipun tidak sebesar rasanya kepada Becca.
Di sini juga kita mendapatkan pelajaran bagaimana ketika kebohongan akan berakhir dengan hilangnya sebuah kepercayaan yang sudah dibangun dengan kokoh. Dan perlindungan yang ayah Becca berikan pada sang anak tidaklah setepat yang dipikirkannya. Bahkan hal itu membuat Becca hamper meregang nyawa jika tidak ada Chris yang menolongnya.
Kekurangan di buku ini hanyalah pada budaya barat para remaja di daerah Amerika, seperti merokok, percobaan pemerkosaan, pesta sekolah yang sangat bebas, pesta anak muda, perkelahian. Tapi semua itu masih diambang batas wajar karena itulah budaya di sana. Hanya bagaimana cara pembaca menyikapinya.

Novel ini bagus untuk dibaca, terutama bagi pecinta novel fantasi, ketika sedang merasa bosan dan memerlukan suatu cerita yang sedikit berbeda. Cerita di sini memang sedikit berbeda dengan cerita fantasi pada umumnya. Tidak rumit seperti Harry Potter karya J. K. Rowling namun tidak biasa juga. Brigid mampu mengemasnya menjadi sebuah cerita yang pas untuk dibaca di dalam situasi apapun.

Wednesday 19 June 2013

Cerpen : A Beautiful Love


A BEAUTIFUL LOVE
By Nia Kusumawardani

Hari ini cuaca sangat indah meskipun sedang bersalju. Sama seperti senyumannya yang selalu menghiasi bibir indahnya. Ya, dia adalah Jane Rainsworth. Sahabat sekaligus gadis idamanku sejak dahulu. Dia adalah cinta pertamaku. Namun, aku terlalu pengecut. Sudah beberapa kali aku mencoba untuk menyatakan perasaanku padanya, tapi itu tidak pernah tejadi. Nyaliku selalu ciut saat melihat dirinya. Aku hanya bisa melukisnya dari kejauhan seperti ini.
Meskipun aku sahabatnya semenjak kecil, tapi dia lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman perempuannya. Aku memang tahu karakternya yang senang mendapat perhatian dari banyak orang. Jadi aku pun memberinya ruang untuk bergaul dengan siapa saja yang dia inginkan. Tapi di kala ia membutuhkanku untuk mencurahkan keluh kesahnya, aku senantiasa membuka pintuku untuknya. Aku tahu itu terlihat seperti, ia menghampiriku jika ia membutuhkanku. Tapi, hanya itu yang bisa kuberikan. Membuatnya nyaman dan bahagia.
Sekarang kami sudah dewasa dan akan lulus dari universitas. Itu berarti kami akan melanjutkan hidup masing-masing. Aku mulai ketakutan. Ketakutan akan kehilangan dirinya. Aku harus segera menyatakan perasaanku sebelum aku menjadi gila. Masalah ia akan menerimaku atau tidak, setidaknya aku sudah mengungkapkannya.
Jadi, sepulang sekolah, aku cepat-cepat pulang ke rumah untuk mandi dan mengganti pakaianku. Saat ini langit sudah gelap tapi cukup cerah bila dilihat dari bintang-bintang yang berkerlip-kerlip cukup banyak. Dan aku pun berangkat menuju rumahnya.
Aku baru sampai di seberang rumahnya, saat kulihat dirinya sedang berciuman dengan seorang lelaki. Dan tak lama lelaki itu pun pergi. Kelihatannya ia selesai mengantar Jane pulang. Aku tak tahu pria itu siapa, tapi yang kutahu pasti, Jane sama sekali tidak pernah—atau belum—menceritakannya dan aku terlambat satu langkah dengan lelaki itu. Niatku untuk berbicara dengannya pun pupus sudah. Aku berbalik dan langsung berlari pulang.
Saat di perjalanan, di sebuah gang di sudut kota, tiba-tiba aku diterkam oleh sesuatu. Aku tak tahu itu apa atau dia siapa dan apa yang dia inginkan. Sangat sulit untuk melepaskan diriku darinya. Ia sangat kuat. Wajahku dipukulnya dengan keras hingga tubuhku jatuh ke tanah dan aku tidak dapat bergerak. Dalam kondisi tak berdaya, kurasakan sesuatu yang tajam menusuk kulit leherku dan aku pun tak sadarkan diri.
Kubuka mataku perlahan. Masih di gang, namun bukan gang tempat di mana aku diserang. Aku tak tahu apa yang telah terjadi. Terasa bagaikan mimpi. Leherku yang ditusuk sesuatu, lalu aku bangun dan merasakan kerongkonganku terbakar, kurasakan darah seseorang mengalir melalui kerongkonganku. Semua itu terasa tidak masuk akal. Spontan ku sentuh sisi leherku dan tak ada bekas luka apapun. Itu kabar baik. Aku mencoba berdiri dan terkejut dengan pergerakanku sendiri. Gerakanku terlalu cepat. Kupandangi bajuku yang berantakan dan cepat-cepat merapikannya.
Langit masih gelap, atau sudah gelap? Mengingat aku tak tahu berapa lama aku tak sadarkan diri. Aku tidak tahu. Kuharap ini masih malam yang sama. Aku pun segera pulang untuk mandi dan istirahat.
Saat di rumah, aku membuka pakaianku dan bergegas mandi. Awalnya aku tak menyadari. Di depan cermin aku terlihat berbeda. Tidak ada memar apapun dan ada noda samar merah di sekitar mulutku yang segera kubersihkan. Kulitku tampak lebih pucat dari biasanya. Dan mataku sekarang berwarna ungu. Itu aneh. Meski aku tak mempercayainya, tetap saja sebuah pertanyaan terlintas di pikiranku, apakah aku seorang vampir? Well, aku senang membaca cerita seperti itu dan itu hanya sebuah cerita mitos yang dikembangkan ceritanya oleh para penulis favoritku. Aku tak pernah benar-benar memercayainya. Tapi bukti-bukti ini berkata sebaliknya.
Jika aku vampir, seharusnya jantungku tidak berdetak. Jadi, aku pun menyentuh dadaku untuk memastikan. Jantungku masih berdetak walaupun sangat lambat. Itu lumayan bagus. Tapi kegelisahanku tetap ada. Bukti bahwa aku bukan vampir masih sangat kurang dan aku tak tahu apakah jantung vampir yang tak berdetak itu benar atau tidak. Aku harus mencari tahu kebenarannya.
Kulirik jam dan jarumnya sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Seharusnya aku pergi ke sekolah, tapi tidak untuk hari ini. Aku harus memastikan siapa diriku sebenarnya sekarang. Kulangkahkan kakiku menuju lemari yang ada di seberang. Tidak sampai satu detik aku sudah sampai dan aku terkejut untuk kedua kalinya. Oke, dua ciri khas sudah terlihat. Lalu kali ini kusadari bahwa penglihatan dan pendengaranku juga menajam. Aku bisa mendengar suara langkah kaki orang-orang yang sedang lalu lalang di semua lantai apartemen ini. Aku dapat melihat tulisan pada kertas yang aku tempelkan pada dinding di seberangku dengan sangat jelas. Dengan tanpa busana aku terus merenungi perubahanku.  
 Apa yang akan terjadi padaku nanti jika matahari sudah kembali tersenyum pada bumi? Selain itu, aku tak ingin menyakiti orang-orang yang aku cintai—keluargaku dan tentunya Jane—baik secara fisik—karena kini aku adalah seseorang yang haus darah—maupun mental—karena mengetahui kini aku adalah seorang vampir alias pembunuh berdarah dingin. Meski ini bukanlah kesalahanku, tapi tidak menutup kemungkinan mereka akan membenciku dan takut padaku. Ini membuatku frustasi.
Tiba-tiba telepon berdering. Aku terpaku untuk sesaat. Lalu kuangkat.
“ Syukurlah. Kau kenapa, Will? Hari ini aku tidak melihatmu di kampus. Apa kau sakit? Aku akan menjengukmu nanti. Ucapkan sesuatu Will,” tutur suara Jane di ujung telepon.
“ Hai. Aku tidak apa-apa. Aku ada urusan yang begitu mendesak. Sebentar lagi aku akan pergi. Kau tidak perlu ke sini.” Aku berbohong lalu menutup telepon. Hatiku sakit memperlakukannya seperti ini. Tapi aku harus.
Seminggu telah berlalu. Aku hanya berdiam diri di dalam apartemen yang kututup rapat-rapat. Untunglah Jane memercayai kata-kataku. Kemudian sesekali aku keluar untuk mencari ‘minum’ dan mencoba berbaur. Hanya orang-orang berdosa di pinggir kota saja yang aku buru. Aku tak tega membunuh orang yang tak berdosa. Dan setiap hari aku selalu meluangkan waktuku untuk mengamati Jane dari seberang jalan. Kurasa sekarang ia sudah memiliki seorang kekasih dan terlihat sangat bahagia. Melihat itu aku pun ikut bahagia meskipun di dalam lubuk hatiku yang terdalam aku masih merasa cemburu.
Dilandaskan rasa cemburu itulah, aku akhirnya menyelidiki kekasih barunya itu. Aku tak ingin wanita yang aku cintai mencintai orang yang salah. Memang membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga aku dapat mengetahui seluk beluk lelaki itu. Lelaki itu sebenarnya sangat tertutup meski dari luar tampak terbuka. Jendela apartemennya selalu tertutup. Hanya terbuka di saat pagi hari.
Dia bernama Evan Lewis. Evan adalah seniorku dan Jane. Orangtuanya sangat kaya dan dia adalah anak tunggal. Aku tak heran jika banyak wanita termasuk Jane mengincarnya. Ditambah wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang proporsional, tinggi dan kurus namun berotot. Namun di balik itu semua, aku merasakan hal yang jahat pada dirinya. Firasatku tidak pernah salah, apalagi jika berkaitan dengan Jane. Aku akan terus mengawasinya.
Suatu malam bel di apartemenku  berbunyi. Dengan pelan dan hati-hati aku membuka pintu. Tiba-tiba Jane sudah menerobos masuk dan memelukku. Spontan aku mundur dan berjalan sepelan mungkin menuju dapur. Wajah Jane terlihat bingung namun masih ada rasa khawatir di sana.
“ Will? Ada apa? Ke mana saja kau selama ini? Hampir selama musim dingin ini kau menghilang. Dan omong-omong kau dingin sekali,” ucapnya sambil duduk di sofa. Ia masih berusaha bersikap tenang.
Aku terdiam sejenak. Dia sudah mulai menyadari perbedaanku.
“ Sudah kubilang, ada satu masalah yang mendesak yang mengharuskanku berhenti kuliah untuk sementara. Aku sudah meminta cuti.” Aku menjawab tanpa berani menatap matanya.
“ Maksudku ada masalah apa? Kenapa kau tidak cerita? Tidak adil rasanya jika aku yang mengeluh terus-terusan padamu. Aku juga ingin membantu.”
“ Ini bukan urusanmu. Kau tidak akan mengerti. Biar aku saja yang menanggung ini semua.” Aku terkejut karena nada suaraku terdengar lebih ketus dari yang aku inginkan.
“ Tapi aku sahabatmu! Tidakkah itu penting? Aku pasti akan mengerti, Will. Kita tumbuh bersama.” Nada suaranya sedikit marah.
“ Maafkan aku. Tapi ini yang terbaik. Maafkan aku.”
“ Aku tak menyangka kau jadi seperti ini. Kau berubah, Will. Aku tidak tahu apa yang merasukimu,” ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala lalu membanting pintu pergi.

Suatu malam di awal musim semi, aku tak sengaja memergoki Evan membawa seorang wanita ke apartemennya. Mereka tampak sangat mesra. Firasat burukku terbukti. Jane tidak akan kubiarkan bersama lelaki seperti itu. Aku harus memberitahukan ini secepatnya meski hubunganku dengan Jane belum membaik semenjak kunjungannya ke apartemenku.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Jane. Kutekan bel rumahnya. Sudah dua kali aku menekan bel namun masih tidak ada jawaban. Saat aku hendak menekan bel lagi, seseorang sudah membuka pintu. Di sanalah Jane, berdiri di hadapanku dalam celana pendek dan sweaternya. Pada awalnya ia terkejut, tapi dengan cepat ia memasang wajah tanpa ekspresi.
“ Mau apa kau ke sini?” ucapnya ketus.
“ Kau harus mengetahui sesuatu.” Kutatap tajam matanya.
Kami berdiri di ambang sambil saling menatap dalam diam. Cukup lama hingga akhirnya ia pun angkat bicara.
“ Masuklah.” Ia mundur untuk memberiku jalan.
Aku langsung menuju sofa dan duduk. Setelah menutup pintu, ia pun menghampiriku dan duduk di seberangku. Meski suasana sangat canggung, akhirnya ia bertanya, “ Apa yang akan kau katakan? Bicaralah.”
“ Sebelumnya maukah kau berjanji akan mempercayaiku?” tanyaku ragu-ragu.
“ Cepatlah! Ini sudah larut malam.”
“ Ini mengenai Evan. Tadi ketika aku sedang berjalan-jalan, aku tak sengaja memergokinya membawa seorang wanita ke dalam apartemennya. Hindari dia, Jane. Kumohon.”
“ Kau bohong. Kau bahkan tidak mengenalnya! Sekarang pergilah.”
“ Tapi Jane. Deng—“
“ Pergi!”
Akhirnya aku pun pergi. Padahal kubiarkan saja dia bahagia. Aku ingin melihatnya bahagia meski bukan denganku. Tapi aku tak bisa membiarkannya sakit hati pada akhirnya nanti.
Beberapa bulan kemudian, aku melihat Jane dan Evan bertunangan. Aku tak bisa membiarkan mereka menikah. Tapi segala usahaku sia-sia. Kepercayaan Jane terhadapku sudah hilang. Ia lebih memercayai Evan sekarang. Dan buruknya, Evan adalah seorang pembohong ulung. Aku tahu itu dengan sangat jelas. Entah bagaimana caranya. Aku mengetahuinya begitu saja.
Berkali-kali Evan mengancam akan membunuhku jika Jane sampai tahu saat aku memergokinya berselingkuh. Tapi siapa yang lebih kuat di sini? Sudah pasti aku. Namun jika dia tahu rahasiaku, dia harus kubunuh. Maka aku pun mengalah. Kebenaran pasti akan terungkap suatu saat nanti.
Hingga suatu malam saat mereka sedang makan malam bersama. Kulihat Evan keluar menemui selingkuhannya. Jane ditinggalkannya di dalam. Selingkuhannya tampak kesal dan Evan dengan susah payah menjelaskan. Bagaimana bisa dia mengundang dua wanita sekaligus di satu tempat? Itu keterlaluan.
Saat wanita itu pergi, aku membawa Evan ke samping restoran.
“ Kau ini apa?” Dia sangat terkejut menyadari betapa kuat dan cepatnya aku meski aku sudah berlari selambat mungkin. 
“ Aku Will Lightwood. Kau masih berani menipu Jane. Aku tak bisa membiarkanmu melakukan ini padanya!”
“ Kau ini siapa Jane, huh? Kau bukan lagi sahabatnya! Kau tak berhak atas apa-apa.”
Dengan cepat kuserang dia. Sebisa mungkin aku tak menggigit dirinya. Jijik rasanya jika darahnya ada di tubuhku. Tapi ternyata ia cukup tangguh. Kini aku memaksimalakn kekuatanku yang sesungguhnya dan ia pun kalah telak. Ia berhasil kusudtkan ke dinding.
“ Ada kata-kata terakhir, Evan?”
“ Kau ini apa, huh?” Ekspresinya takut sekaligus kesal.
Aku diam sejenak tanpa mengendurkan kuncianku padanya. Kemudian ia meludah padaku dan kini kemarahanku sudah sampai puncak.
“ Kau akan tahu sebentar lagi.”
Dengan cepat kugigit lehernya dan kuhisap darahnya hingga habis. Meski merasa jijik aku terpaksa melakukannya.
“ Will?” Tiba-tiba terdengar suara Jane dari arah belakang. Aku spontan berbalik mengahadapnya dengan mulut penuh dengan darah.
“ Jane.” Aku tak dapat berkata apa-apa. Kami sama-sama terkejut.
“ Apa yang telah kaulakukan? Siapa kau? Ke mana sahabatku?” Ia pun menangis.
Aku ingin sekali mendekati dan memeluknya. Tapi itu tidak mungkin.
“ Ini aku, Will. Ini terjadi begitu saja. Ini bukan kehendakku. Kau tahu? Ia baru saja menemui selingkuhannya di saat kalian sedang makan malam. Ini semua demi kau. Aku tak bermaksud membunuhnya. Aku—aku menyesal. Maafkan aku.”
“ Aku tahu kau berubah, Will. Tapi aku tak menyangka kau akan membunuh orang.” Dan ia pun pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanku selanjutnya.
Setiap hari kulihat Jane selalu murung. Aku merasa bersalah padanya. Hingga suatu hari aku melihatnya di atas sebuah gedung. Ia hendak bunuh diri. Bagaimana ini? Aku tidak mungkin berada di bawah sinar matahari secerah ini. Kulihat dirinya semakin dekat ke pinggir gedung. Akhirnya aku pun mencoba untuk ke sana. Dan tidak terjadi apa-apa. Hanya saja tubuhku berkilauan. Aku tak begitu mengerti. Dengan cepat aku memanjat gedung tanpa dilihat orang lain, kecuali Jane. Aku bersyukur karena tempat ini jarang dilalui orang.
“ Jane, kumohon. Jangan lakukan ini. Bagaimana dengan keluargamu? Bagaimana dengan prestasimu selama ini? Bagaimana dengan teman-temanmu? Bagaimana dengan aku?” Perlahan aku menghampirinya.
“ Diam di sana! Aku tidak tahan dengan semua ini! Sahabatku kau ambil. Tunanganku kau ambil. Kau mengambil semuanya dariku!”
“ Aku masih tetap Will, Jane. Hanya fisikku yang berubah. Dan semua tindakanku adalah demi kebaikanmu. Tolong percayalah.”
“ Tidak. Aku ingin bertemu Evan sekarang juga.” Sambil menggeleng-gelengkan kepala, ia pun berjalan lebih ke sisi lagi hendak menjatuhkan diri.
Dengan cepat kupeluk ia dari belakang dan menariknya mundur. Ia mencoba melepaskan diri tapi aku jauh lebih kuat.
“ Kumohon Jane. Jangan lakukan ini padaku. Aku mencintaimu Jane. Sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku seperti ini.” Aku berbisik di telinganya.
Ia berhenti melawan. Setelah yakin ia tidak akan mencoba bunuh diri lagi, aku melepaskannya. Rasanya lega perasaanku sudah tersampaikan meski terlambat.
“ Jane?” Ia memunggungiku cukup lama tanpa berkata apa-apa.
Akhirnya aku menyentuh pundaknya dan menghadapkan tubuhnya padaku. Pipinya basah oleh air mata. Melihat ia menangis akibat ulahku membuatku panik.
“ Ada apa Jane? Apakah kau kesakitan saat kupeluk tadi? Bicaralah”
Sambil menggelengkan kepala ia berkata, “ Kau baru saja menyatakan perasaanmu. Kenapa kau tidak mengatakannya sejak dulu?”
“ Aku hendak mengatakannya padamu tepat saat aku berubah Jane. Aku tak bisa muncul di hadapanmu dalam keadaan seperti ini. Tapi kau memaksaku Jane.”
“ Aku tak peduli kau ini apa. Yang terpenting adalah kau masih Will yang aku kenal.”
“ Aku masih Will yang kau kenal. Jangan khawatir. Percayalah.”
Kami bertatapan cukup lama. Aku tahu kini dia memercayaiku lagi. Itu terpampang jelas di matanya. Aku pun memberanikan diri untuk menciumnya. Dan ia pun membalasnya.
Tiba-tiba dia mundur dan berkata, “ Kau sangat silau Will. Kau bisa merusak mataku. Bawa aku ke apartemenmu dan ceritakan semuanya.”
Sambil tersenyum senang aku membopongnya di punggungku dan berkata, “ Pegangan erat-erat.” Aku pun membawanya menuju ke kehidupan yang akan kami lalui bersama nanti.

•••

It was then, I felt it.
Darkness overcame,
and no light seeped through.
All sound was drowned out,
all hell was let in.
Gasping,
I searched for air.
But that too had been tainted.
Lungs crumbling in,
thuds coming fewer,
poison pulsed heavily in mind.
I said my goodbyes.
Hands wavering in the air,
fingers clutching at nothing.
Nothing to hold, nothing to grab.
I let go.
So then I went.
Silently floating, drifiting nowhere.
My soul hopelessly quiet,
hopelessly dead.

By Augustus Waters

The Mortal Instruments : City of Bones



This time, I shall tell you about an adaptation film, The Mortal Instruments : City of Bones. This film maybe will be an amazing film because there are a lot of fans in the world either for the novel and for the film. Cassandra Clare, as an author of this novel, never imagined that her novels will be success like this. Also, she never imagined that her novel will become to a film. But, the special things in this film are, the director and the crew are great to visualizing the story into a scene, also the cast are magic. Why did I say ‘magic’? Because magicly the story is made for them, especially physically. Even, Lily Collins who is played as Clary Fray, the main character in CoB, said that she is one of CoB’s book fans. And, fyi, she never be casted for this film.
Cassie (Cassandra Clare) has written Shadowhunter’s Chronicles and CoB is one of them. Shadowhunter’s Chronicles have been apart into 5 parts. They are The Infernal Devices (TID), TLH (not published yet), The Mortal Instruments (TMI), The Dark Artifices (TDA), and TWP (also no published yet). The stories are from the different time and places, start with TID which take the Victorian era in London, TLH take era after the Victorian, TMI take the 21 century (also the sequel after that) in New York City. Beside that, she, with her friends, have made an extention story about one of characters in Shadowhunter’s Chronicles, Magnus Bane, but it has still not published in a book form yet.
Back to the film. Harald Zwart, as the director, has give us an amazing film. We can see it through trailers which have been published few times ago. Even, also he will be a director of City of Ashes, the next title after CoB. I shall tell you a short information about synopsis, cast, and crew below.



Set in contemporary New York City, a seemingly ordinary teenager, Clary Fray (Lily Collins), discovers she is the descendant of a line of Shadowhunters, a secret cadre of young half-angel warriors locked in an ancient battle to protect our world from demons. After the disappearance of her mother (Lena Headey), Clary must join forces with a group of Shadowhunters, who introduce her to a dangerous alternate New York called Downworld, filled with demons, warlocks, vampires, werewolves and other deadly creatures. 


Director:
Writers:
 Jessica Postigo (screenplay), Cassandra Clare(based on the novel by)
Release date:
Genre :
 Action | Adventure | Drama  
Cast
 Lena Headey as Jocelyn Fray
 Lily Collins as Clary Fray
 Jamie Campbell Bower as Jace Wayland
 Kevin Zegers as Alec Lightwood
 Jemima West as Isabelle Lightwood
 Godfrey Gao as Magnus Bane
 Robert Sheehan as Simon Lewis
 Jared Harris as Hodge Starkweather
 Aidan Turner as Luke Garroway
 Jonathan Rhys Meyer as Valentine Morgenstern
Producers :
 Don Carmody          .... producer
 Robert Kulzer          .... producer
 Michael Lynne          .... executive producer
 Dylan Sellers           .... executive producer
 Robert Shaye          .... executive producer
 Veslemøy Ruud Zwart  .... co-executive producer 

Original music by :



Cinematography by :



Casting by :



Production Design by :



Art Direction by :



Set Decoration by :





Costume Design by :



Makeup Department :
….
special makeup effects artist
….
makeup effects lab technician
….
makeup effects lab technician
….
special effects contact lenses
….
prosthetic makeup artist
….
wig maker
….
makeup effects lab technician
….
creature suit applicator
….
head hair department
….
makeup effects lab technician
….
prosthetic makeup artist
….
key prosthetic makeup artist
….
makeup effects designer
….
prosthetic lab technician
….
concept artist
….
special makeup effects artist
….
prosthetic technician
….
special makeup effects artist
….
specialty tattoos
….
prosthetic lab technician
….
special makeup effects artist
….
prosthetic makeup artist
….
prosthetic lab technician
….
makeup effects lab technician
….
prosthetics makeup artist


Production Management :
....
....


Second Unit Director or Assistant Director :
….
….
….
….
….


Art Department :
....
second assistant art director
....
construction tracker
....
art department coordinator
....
concept designer
....
mold maker
....
props buyer
....
key scenic artist
....
concept artist
....
....
....
....
....
art apprentice
....
on set painter
....
graphic designer
....
specialty prop builder
....
first assistant art director
....
....
construction coordinator
....
second assistant art director
....


Sound Department :
….
….
….
adr recordist
….
second boom operator
….
adr recordist
….
….
foley recordist
….


Special Effects by :
....
special effects foreman
....
special effects foreman
....
first assistant (as Janson Raymond Kenny)
....
special effects coordinator
....


Visual Effects by :
….
matchmove artist
….
digital artist: Mr. X Inc.
….
lighting artist
….
….
animation production manager: Mr. X Inc.
….
digital compositor
….
cg artist
….
digital compositor
….
look dev artist
….
tools development
….
visual effects coordinator
….
digital compositor
….
lighting lead: Mr. X Inc.
….
tracking / layout artist
….
digital artist
….
matte painter
….
visual effects coordinator: Mr. X Inc.
….
senior modeler: Mr. X Inc.
….
digital compositor: Mr. X Inc.
….
cg animator/rigger
….
visual effects artist
….
compositing coordinator
….
matchmover
….
visual effects producer: Match the Motion
….
….
vfx production manager: SPIN VFX
….
rigging supervisor
….
cg supervisor: Mr. X
….
senior tracking artist: Mr. X Inc.
….
senior look development and lighting artist
….
visual effects producer
….
visual effects artist
….
digital compositor
….
….
visual effects artist
….
fx artist: Mr.X
….
visual effects artist
….
lighting artist
….
….
visual effects artist
….
digital compositor: Mr. X Inc
….
senior tracking artist
….
fx artist: Mr.X Inc
….
visual effects artist
….
roto artist: Mr. X Inc.
….
visual effects artist
….
visual effects editorial assistant: Mr. X Inc
….
visual effects artist
….
compositor
….
matte painter
….
vfx editor
….
digital compositor
….
fx artist
….
digital compositor
….
matchmover
….
digital compositor
….
visual effects artist
….
….
senior matte painter: Mr. X Inc.
….
matte painter: Mr. X Inc.
….
lighting artist
….
digital compositor
….
lead technical director: Spin VFX
….
digital compositor
….
lighting artist: Mr. X Inc.
….
….


Stunts :
....
....
....
....
stunt driver
....
....
stunt driver
....
....
assistant fight coordinator
....
....
....
....
utility stunts
....
....
fight coordinator
....
stunt coordinator
....
....
....
....
....
....
....
....
....
utility stunts
....
....
stunt double: Jonathan Rys Meyers (as Francis Limoge)
....
stunt double: Kevin Zegers (as Francis Limoge)
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
utility stunts
....
....
....
....
....
utility stunts
....
....
....
....


Camera and Electrical Department :
….
….
best boy rigging electric
….
key video assist operator
….
on-set videographer
….
….
….
video assist operator: second unit
….
….
rigger
….
….
….
….
best boy rigging grip
….
key rigging grip
….
….
….
rigging grip
….
….
….
rigging grip
….
daily rigging electrician (uncredited)
….
first assistant camera (uncredited)


Animation Department :
....
....
....
character rigger
....
....


Casting Department :
....
....
....


Costume and Wardrobe Department :
….
cutter
….
costume illustrator
….
costume truck supervisor
….
key seamstress
….
key breakdown artist
….
….
….
costume set supervisor
….
key costumer
….
breakdown artist
….
….
….
breakdown artist
….
costume buyer
….


Editorial Department :
....
....
digital intermediate editor


Music Department :
....
score supervisor
....
synth programming
....
supervising music copyist
Other crew :
....
cast personal trainer
....
completion bond company representative
....
production resources
....
location production assistant
....
on-set videographer
....
....
....
....
payroll accountant
....
creative assistant
....
assistant production coordinator
....
....
....
....
....
....
second assistant accountant
....
....
fire safety coordinator


CoB will make a new phenomenon after Twilight Saga does it but in the different sight of story. Cassie has made a new world with a great characters, sense, and scenes inside. We’ll get a great sense of watching on August 2013. FYI, the release date of CoB at Indonesia is August 28th, 2013. So, keep waiting for the phenomenon.. (:

source : www. imdb.com