REVIEW : HABIBIE & AINUN 3
--------------------------------------------------- Spoiler Alert ----------------------------------------------------
Film ini
merupakan film ketiga dari seri film Habibie
& Ainun. Bila Rudy Habibie mengisahkan
Habibie muda, maka Habibie & Ainun 3 ini
mengisahkan Ainun muda. Begitu banyak kisah inspiratif dan kalimat yang sangat
menginspirasi kita semua dan patut kita contoh serta kita petik dari ketiga
film ini.
Film garapan
sutradara Hanung Bramantyo ini merupakan film bergenre drama biopik yang berfokus
pada kehidupan muda Ainun, dari ketika beliau masih kecil hingga saat beliau
menempuh pendidikan kedokteran di salah satu universitas ternama di Indonesia.
Hasri Ainun
Besari atau yang lebih kita kenal dengan sebutan ibu Ainun, kali ini diperankan
oleh Maudy Ayunda. Maudy menggantikan Bunga Citra Lestari yang pada film
pertama telah memerankan tokoh ibu Ainun. Yang menariknya adalah ada satu tokoh
baru yang muncul pada film ini. Ia adalah seseorang yang mewarnai pengalaman cinta
ibu Ainun di masa mudanya, lebih tepatnya yaitu pada saat beliau menempuh
pendidikan di universitas. Dan tokoh tersebut diperankan oleh aktor tampan
Indonesia yang bernama Jefri Nichol.
Di dalam film
ini juga, Melly Goeslaw kembali menyumbangkan lagunya yang berjudul “Kamu dan
Kenangan”. Lagu tersebut dinyanyikan oleh sang pemeran utama dalam film ini,
Maudy Ayunda. Maudy adalah seorang penyanyi muda berbakat dan ternyata ia pun
adalah seorang aktris berbakat karena ia dapat memerankan tokoh bersejarah ini
dengan baik.
Menurut saya
pribadi, film ketiga ini sangat menyentuh hati saya sehingga bila dibandingkan
dengan kedua film sebelumnya, film ini lah yang berhasil membuat saya berlinang
airmata. Hal itu bukan karena kisahnya yang menyedihkan, akan tetapi hal itu
lebih dikarenakan begitu indahnya kisah ini disampaikan.
Bukan berarti
kedua film sebelumnya tidak bagus. Tapi setiap film dalam seri ini memiliki
ciri khasnya masing-masing. Setiap filmnya memberi kesan yang berbeda pada saya
namun kesan yang diberikan sangatlah mendalam. Sehingga saya bisa mengatakan
bahwa seri film Habibie & Ainun ini
merupakan seri film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton.
Kisah ini
dimulai ketika ibu Ainun kecil dan keluarganya yang berjuang untuk hidup di
tengah suasana mencekam saat masa penjajahan Jepang dahulu kala. Ibunda ibu
Ainun kala itu berprofesi sebagai bidan dan senantiasa membantu wanita di
sekitarnya untuk melahirkan di tengah keadaan genting. Di kala ibu Ainun masih
berusia belia pun, beliau kerap kali membantu ibundanya dalam proses persalinan
bagaikan asistennya. Peristiwa ini pula yang membuat Ainun kecil pada saat itu
berkeinginan untuk menjadi dokter.
Di dalam film
ini, kisah Ainun diceritakan oleh pak Habibie kepada anak cucunya, sehingga
lebih terkesan seperti flashback.
Tibalah kisah
Ainun pada masa ketika beliau duduk di bangku SMA. Seperti yang kita ketahui,
ibu Ainun dan pak Habibie sama-sama duduk di bangku SMA yang sama, yaitu di
SMAK Dago Bandung. Ainun remaja dikisahkan sebagai seorang gadis pemberani dan
tanpa disangka beliau bisa mengobati temannya yang terluka dengan sangat baik
saat bertanding dalam cabang olahraga kasti. Bahkan karena keberaniannya pula,
beliau menggantikan posisi temannya itu di dalam pertandingan.
Kemudian, di
saat kelulusannya tiba, beliau bertekad akan meneruskan pendidikannya di
Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Meskipun wanita dianggap tidak
mampu menjadi dokter pada masa itu, beliau bertekad untuk tetap mewujudkan
cita-citanya untuk menjadi dokter. Hal itu tidak menyurutkan tekadnya, namun
sebaliknya, beliau termotivasi untuk membuktikan bahwa stereotype tersebut tidak benar adanya. Dan hal itu pun terbukti J
Masa-masa
kehidupan kampus pun dimulai. Beliau merupakan salah satu dari beberapa
mahasiswi yang memilih jalur kedokteran dan merupakan mahasiswi dari sekian
banyaknya mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia. Beliau juga merupakan
mahasiswi yang terkenal cerdas dan berani di kampusnya sehingga hal itu pula
lah yang menyebabkan beliau sangat terkenal terutama di kalangan para
mahasiswa. Bahkan saking dikaguminya sosok ibu Ainun muda, para mahasiswa ini
membentuk satu komunitas bagi para pengagum rahasia beliau.
Suatu ketika,
Ainun bertemu dengan sosok Ahmad, yang diperankan oleh Jefri Nichol, saat
beliau sedang berjalan di lorong kampus. Dari sanalah keduanya berkenalan dan
nampaknya Ahmad pun sudah mendengar mengenai komunitas penggemar rahasia Ainun
dan juga tentunya mengenai Ainun. Perlu diketahui bahwa sosok Ahmad ini lah
yang pernah mengisi hati ibu Ainun dan berperan dalam pengalaman asmara ibu
Ainun di masa mudanya.
Ahmad
merupakan mahasiswa jurusan hukum yang sama-sama menempuh pendidikan di
Universitas Indonesia. Selama menjadi kekasih ibu Ainun, Ahmad selalu menjaga
dan melindungi ibu Ainun dalam situasi dan kondisi apapun. Bahkan ia juga
sempat melamar ibu Ainun dan ibu Ainun pun menerimanya. Dan ternyata, Ahmad juga
memiliki talenta di salah satu jenis beladiri dan merupakan anak dari seorang dokter
yang juga salah satu profesor yang mengajar di kelas ibu Ainun.
Namun, pada
akhir kisah, mereka harus dipisahkan oleh ideologi yang berbeda. Di kala ibu
Ainun selalu mencintai bangsa dan negara Indonesia, bagaimanapun kondisi dan
situasinya, Ahmad malah hendak membawa ibu Ainun pergi dari Indonesia karena ia
sudah tidak tahan lagi dengan karakter bangsa Indonesia yang melihat segala
sesuatunya secara negatif.
Akhir kisah
asmara mereka memang sangat memilukan, namun hal itu ibu Ainun jadikan
pelajaran hidup dan hal itu juga merupakan keputusan yang terbaik bagi mereka
agar mereka bisa menjalani hidup mereka dengan lebih bebas, mengikuti ideologi
masing-masing.
Dalam film
ini, ada kutipan yang diucapkan pak Habibie yang cukup membuat saya berpikir,
yaitu :
“Tidak peduli ganteng atau tidak, yang terpenting
adalah satu frekuensi.” (Kira-kira begitu yang diucapkan pak Habibie).
Kutipan
tersebut memang benar adanya. Dalam mencari pasangan atau bahkan cinta sejati,
yang terpenting adalah memiliki frekuensi
yang sama. Maksudnya adalah ia harus memiliki prinsip dan tujuan hidup yang
sama dengan kita. Sehingga, seperti yang dikatakan pak Habibie pula,bahwa cinta
bukanlah ketika memandang satu sama lain, melainkan ketika sama-sama memandang
ke luar ke arah yang sama.
Jangan
khawatir kalau-kalau kamu berpikir akan menangis sepanjang film ini diputar,
karena di dalam film ini juga ada beberapa adegan yang akan membuat kamu
tertawa dan bahkan mungkin akan baper akan
sosok Ahmad ;)
0 comments:
Post a Comment