あくら: Review : Habibie & Ainun 3

Pages

Friday 27 December 2019

Review : Habibie & Ainun 3


REVIEW : HABIBIE & AINUN 3



--------------------------------------------------- Spoiler Alert ----------------------------------------------------



Film ini merupakan film ketiga dari seri film Habibie & Ainun. Bila Rudy Habibie mengisahkan Habibie muda, maka Habibie & Ainun 3 ini mengisahkan Ainun muda. Begitu banyak kisah inspiratif dan kalimat yang sangat menginspirasi kita semua dan patut kita contoh serta kita petik dari ketiga film ini.





Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini merupakan film bergenre drama biopik yang berfokus pada kehidupan muda Ainun, dari ketika beliau masih kecil hingga saat beliau menempuh pendidikan kedokteran di salah satu universitas ternama di Indonesia.

Hasri Ainun Besari atau yang lebih kita kenal dengan sebutan ibu Ainun, kali ini diperankan oleh Maudy Ayunda. Maudy menggantikan Bunga Citra Lestari yang pada film pertama telah memerankan tokoh ibu Ainun. Yang menariknya adalah ada satu tokoh baru yang muncul pada film ini. Ia adalah seseorang yang mewarnai pengalaman cinta ibu Ainun di masa mudanya, lebih tepatnya yaitu pada saat beliau menempuh pendidikan di universitas. Dan tokoh tersebut diperankan oleh aktor tampan Indonesia yang bernama Jefri Nichol.

Di dalam film ini juga, Melly Goeslaw kembali menyumbangkan lagunya yang berjudul “Kamu dan Kenangan”. Lagu tersebut dinyanyikan oleh sang pemeran utama dalam film ini, Maudy Ayunda. Maudy adalah seorang penyanyi muda berbakat dan ternyata ia pun adalah seorang aktris berbakat karena ia dapat memerankan tokoh bersejarah ini dengan baik.

Menurut saya pribadi, film ketiga ini sangat menyentuh hati saya sehingga bila dibandingkan dengan kedua film sebelumnya, film ini lah yang berhasil membuat saya berlinang airmata. Hal itu bukan karena kisahnya yang menyedihkan, akan tetapi hal itu lebih dikarenakan begitu indahnya kisah ini disampaikan.
Bukan berarti kedua film sebelumnya tidak bagus. Tapi setiap film dalam seri ini memiliki ciri khasnya masing-masing. Setiap filmnya memberi kesan yang berbeda pada saya namun kesan yang diberikan sangatlah mendalam. Sehingga saya bisa mengatakan bahwa seri film Habibie & Ainun ini merupakan seri film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton.



Kisah ini dimulai ketika ibu Ainun kecil dan keluarganya yang berjuang untuk hidup di tengah suasana mencekam saat masa penjajahan Jepang dahulu kala. Ibunda ibu Ainun kala itu berprofesi sebagai bidan dan senantiasa membantu wanita di sekitarnya untuk melahirkan di tengah keadaan genting. Di kala ibu Ainun masih berusia belia pun, beliau kerap kali membantu ibundanya dalam proses persalinan bagaikan asistennya. Peristiwa ini pula yang membuat Ainun kecil pada saat itu berkeinginan untuk menjadi dokter.

Di dalam film ini, kisah Ainun diceritakan oleh pak Habibie kepada anak cucunya, sehingga lebih terkesan seperti flashback.



Tibalah kisah Ainun pada masa ketika beliau duduk di bangku SMA. Seperti yang kita ketahui, ibu Ainun dan pak Habibie sama-sama duduk di bangku SMA yang sama, yaitu di SMAK Dago Bandung. Ainun remaja dikisahkan sebagai seorang gadis pemberani dan tanpa disangka beliau bisa mengobati temannya yang terluka dengan sangat baik saat bertanding dalam cabang olahraga kasti. Bahkan karena keberaniannya pula, beliau menggantikan posisi temannya itu di dalam pertandingan.

Kemudian, di saat kelulusannya tiba, beliau bertekad akan meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Meskipun wanita dianggap tidak mampu menjadi dokter pada masa itu, beliau bertekad untuk tetap mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dokter. Hal itu tidak menyurutkan tekadnya, namun sebaliknya, beliau termotivasi untuk membuktikan bahwa stereotype tersebut tidak benar adanya. Dan hal itu pun terbukti J



Masa-masa kehidupan kampus pun dimulai. Beliau merupakan salah satu dari beberapa mahasiswi yang memilih jalur kedokteran dan merupakan mahasiswi dari sekian banyaknya mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia. Beliau juga merupakan mahasiswi yang terkenal cerdas dan berani di kampusnya sehingga hal itu pula lah yang menyebabkan beliau sangat terkenal terutama di kalangan para mahasiswa. Bahkan saking dikaguminya sosok ibu Ainun muda, para mahasiswa ini membentuk satu komunitas bagi para pengagum rahasia beliau.



Suatu ketika, Ainun bertemu dengan sosok Ahmad, yang diperankan oleh Jefri Nichol, saat beliau sedang berjalan di lorong kampus. Dari sanalah keduanya berkenalan dan nampaknya Ahmad pun sudah mendengar mengenai komunitas penggemar rahasia Ainun dan juga tentunya mengenai Ainun. Perlu diketahui bahwa sosok Ahmad ini lah yang pernah mengisi hati ibu Ainun dan berperan dalam pengalaman asmara ibu Ainun di masa mudanya.

Ahmad merupakan mahasiswa jurusan hukum yang sama-sama menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Selama menjadi kekasih ibu Ainun, Ahmad selalu menjaga dan melindungi ibu Ainun dalam situasi dan kondisi apapun. Bahkan ia juga sempat melamar ibu Ainun dan ibu Ainun pun menerimanya. Dan ternyata, Ahmad juga memiliki talenta di salah satu jenis beladiri dan merupakan anak dari seorang dokter yang juga salah satu profesor yang mengajar di kelas ibu Ainun.

Namun, pada akhir kisah, mereka harus dipisahkan oleh ideologi yang berbeda. Di kala ibu Ainun selalu mencintai bangsa dan negara Indonesia, bagaimanapun kondisi dan situasinya, Ahmad malah hendak membawa ibu Ainun pergi dari Indonesia karena ia sudah tidak tahan lagi dengan karakter bangsa Indonesia yang melihat segala sesuatunya secara negatif.

Akhir kisah asmara mereka memang sangat memilukan, namun hal itu ibu Ainun jadikan pelajaran hidup dan hal itu juga merupakan keputusan yang terbaik bagi mereka agar mereka bisa menjalani hidup mereka dengan lebih bebas, mengikuti ideologi masing-masing.

Dalam film ini, ada kutipan yang diucapkan pak Habibie yang cukup membuat saya berpikir, yaitu :

“Tidak peduli ganteng atau tidak, yang terpenting adalah satu frekuensi.” (Kira-kira begitu yang diucapkan pak Habibie).

Kutipan tersebut memang benar adanya. Dalam mencari pasangan atau bahkan cinta sejati, yang terpenting adalah memiliki frekuensi yang sama. Maksudnya adalah ia harus memiliki prinsip dan tujuan hidup yang sama dengan kita. Sehingga, seperti yang dikatakan pak Habibie pula,bahwa cinta bukanlah ketika memandang satu sama lain, melainkan ketika sama-sama memandang ke luar ke arah yang sama.

Jangan khawatir kalau-kalau kamu berpikir akan menangis sepanjang film ini diputar, karena di dalam film ini juga ada beberapa adegan yang akan membuat kamu tertawa dan bahkan mungkin akan baper akan sosok Ahmad ;)  


0 comments:

Post a Comment