あくら: REVIEW ENDER'S GAME

Pages

Wednesday 20 November 2013

REVIEW ENDER'S GAME


Setelah cukup sekian banyaknya film yang diadaptasi dari sebuah novel pada tahun ini, kini telah hadir sebuah film sci-fi action yang diberi judul sama dengan novelnya, yaitu Ender’s Game. Novel Ender’s Game ditulis oleh seorang penulis asal Amerika Serikat bernama Orson Scott Card. Novel ini pertama kali diterbitkan pada Agustus 1977 dan kemudian dibuat versi barunya yang terbit pada tahun 1991. Novel Ender’s Game telah meraih beberapa penghargaan, di antaranya adalah Nebula Award 1985 untuk kategori novel terbaik dan Hugo Award 1986 untuk kategori sama.
Film Ender’s Game ini disutradarai oleh sutradara yang sama dengan film berjudul X-Men Origins : Wolverine (2009), yaitu Gavin Hood dan dibintangi oleh Harrison Ford, Ben Kingsley, dan beberapa aktor dan aktris lainnya serta para aktor dan aktris muda yang lebih mendominasi, seperti Asa Butterfield, Hailee Steinfeld, Jimmy ‘Jax’ Pinchak, Aramis Knight, Abigail Breslin, Conor Carroll, dan Suraj Partha. Gavin Wood juga berperan sebagai penulis scriptnya bersama sang penulis sendiri, Orson Scott Card. Di Amerika Serikat, film ini sudah dirilis sejak tanggal 1 November kemarin, sedangkan di Indonesia baru dirilis pada tanggal 6 November 2013.
Film ini menyajikan sebuah tontonan tentang peperangan melawan alien yang berbeda. Berikut adalah sinopsisnya.


Suatu hari, ada segerombolan pesawat alien serangga yang diberi nama Formics menyerang Bumi. Pada serangan pertama, jutaan nyawa manusia melayang karena ketidaksiapan mereka menghadapi para Formics. Tetapi pada serangan kedua, umat manusia sudah lebih siap menghadapi para Formics yang datang kembali untuk menyerang Bumi. Sebuah keajaiban datang ketika Mazer Rackham (Ben Kingsley) berhasil meledakkan sebuah pesawat induk musuh yang menyebabkan semua aktivitas pesawat-pesawat lainnya terhenti dan ia pun menjadi pahlawan.


Selama lima puluh tahun setelah serangan Formics terakhir, para manusia masih khawatir akan kedatangan para Formics. Sehingga militer internasional memutuskan untuk melatih seluruh anak-anak cerdas yang nantinya akan dijadikan prajurit untuk menyerang para Formics. Andrew Thomas Wiggin atau Ender Wiggin (Asa Butterfield) terpilih untuk masuk ke sekolah militer luar angkasa bernama The Battle School. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara cerdas, yaitu Peter Wiggin (Jimmy ‘Jax’ Pinchak) yang tidak terpilih karena sifatnya yang condong pada kekerasan saja, Valentine Wiggin (Abiigail Breslin) yang tidak terpilih karena sifatnya yang terlalu lembut, dan Ender Wiggin sendiri yang terpilih karena ia memiliki sifat kedua kakaknya. Tetapi, Colonel Hyrum Graff (Harrison Ford) membuat Ender dibenci di sana yang merupakan ujian yang diberikannya untuk Ender.  
Meski dibenci, namun pada akhirnya Ender memiliki banyak teman. Tapi tidak sampai di situ saja, Ender dan teman-temannya harus menghadapi serangkaian permainan bertarung yang cukup melelahkan setiap harinya. Major Gwen Anderson (Viola Davis) selaku psikiater pun khawatir akan perkembangan psikologis Ender yang dipengaruhi oleh sifat keras ayahnya : John Paul Wiggin (Stevie Ray Dallimore), kakak laki-lakinya, dan juga Valentine yang sangat Ender sayangi. Namun Colonel Graff tampaknya tidak mengindahkan  hal itu karena ia sangat percaya pada potensi yang dimiliki Ender.


Kemudian, mereka dipindahkan ke pusat International Fleet yang terletak di planet Eros, bekas para Formics pernah tinggal, dan tempat yang paling dekat dengan planet para Formics. Di sana, Ender bertemu dengan Mazer Rackham yang ternyata masih hidup setelah lama diperkirakan meninggal dan kemudian menjadi gurunya. Di Eros, Ender dan teman-temannya , Petra Arkanian (Hailee Steinfeld), Alai (Suraj Partha), Bean (Aramis Knight), dan Bernard (Conor Carroll), dituntut untuk berlatih menyerang para Formics melalui serangkaian simulasi. Setiap harinya, mereka dihadapkan pada situasi yang semakin kompleks dan sangat melelahkan. Hingga akhirnya mereka sampai pada simulasi ujian akhir yang akan mengubah segalanya.



Menurutku, ini merupakan film mengenai alien yang sangat berbeda dari film-film tentang alien yang pernah saya tonton. Selain, tokoh-tokoh yang mendominasi adalah anak-anak, film ini akan membuat cara berpikir kita mengenai para alien berubah, lebih masuk akal dan manusiawi. Kemudian, setting yang disajikan pun sangat mengimplementasikan apa yang saya bayangkan saat membaca buku. Seakan-akan segala apa yang terdapat di novelnya menjadi kenyataan dan sangat memukau. Setiap aktor dan aktrisnya pun mampu menonjolkan karakter yang diperankan masing-masing sehingga setiap tokoh yang ada menjadi kuat di film. Tidak ada tokoh yang tidak penting. Alur di awal cerita memang sederhana, tetapi berubah menjadi kompleks saat di akhir cerita dan di luar dugaan. Dan bagi penonton yang belum membaca bukunya, jangan khawatir, karena dari awal ceritanya sudah dikemas dengan apik dan fokus pada satu permasalahan sehingga tidak membuat bingung.
Mungkin pada awalnya banyak yang mengira bahwa ini merupakan film untuk anak-anak. Akan tetapi, ternyata film ini memiliki rating PG-13. Memang film ini dapat ditonton oleh anak-anak, namun tentunya harus ada orangtua atau seseorang yang dituakan untuk memberikan penjelasan mengenai kompleksitas cerita, taktik perang, dan hal-hal lainnya. Dan untuk aksi perkelahian, film ini tidak menyajikan banyak, sedangkan untuk adegan romantis, menurutku tidak ada di film ini alias nihil.
Pada akhirnya, dengan kesenangan yang membuncah di dada, saya memberikan lima dari lima bintang alias perfect untuk film ini. Why? Menurutku, film ini sangatlah unik dan berkualitas. Bagi kamu yang membaca bukunya terlebih dahulu dan kurang mengerti dengan alur ceritanya atau settingnya, film ini akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kamu. So, apa lagi yang ditunggu? :D

0 comments:

Post a Comment