Judul : The Fault in Our Stars
(Salahkan Bintang- Bintang)
Nama pengarang : John Green (@realjohngreen)
Nama penerbit : Penerbit Qanita, PT. Mizan Pustaka
Cetakan :
II
Tahun terbit : 2013
Bahasa :
Indonesia
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Jumlah halaman : 424 halaman
Tebal buku : 2,6 cm
NOVEL BRILIAN BUAH KARYA
JOHN GREEN

Kini, di dalam novel
fiksinya yang berjudul “The Fault in Our Stars”, ia mencoba membuktikan bahwa cerita
khayalan juga dapat bermakna.
Mengidap penyakit kanker
saat berusia 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial. Itulah yang dialami
Hazel Grace. Penyakitnya itu mengharuskannya memakai selang yang terhubung ke
sebuah tabung oksigen setiap saat. Sudah begitu, ibunya terus memaksanya
bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker. Padahal, Hazel malas
sekali.
Tapi, semenjak seorang
cowok bernama Augustus Waters bergabung, Hazel mulai tertarik padanya dan tidak
malas lagi untuk menghadiri pertemuan rutin kelompok penyemangat kanker itu. Bagaimana tidak
tertarik, Augustus, cowok cakep, pintar, yang naksir Hazel dan menawarinya
pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel pun
mendapat pengalaman yang menarik dan tak terlupakan selama berada di Amsterdam
di samping kekecawaannya terhadap penulis pujaannya yang ternyata adalah
seorang pemabuk dan telah merendahkannya.
Namun, penyakit kanker
adalah sebuah granat yang sewaktu-waktu dapat meledak dengan mudahnya. Hal itulah
yang terjadi pada Augustus di saat Hazel dan dirinya baru memulai kehidupan
baru mereka. Apakah Augustus akan selamat dari kankernya dengan serangkaian
pengobatan yang bahkan belum teruji keampuhannya? Atau Hazel harus menerima
kenyataan bahwa ia tidak akan bisa memperoleh cinta abadi karena kanker yang
diderita Augustus dan dirinya?
Kisah ini tidak hanya
mengenai kisah cinta yang terjadi antara Hazel dan Augustus saja. Kita juga
bisa mengambil pelajaran yang berharga dari semangat dan perjuangan para
penderita kanker dan keluarga mereka (yang bagaimanapun, dorongan semangat
mereka sama pentingnya demi kesembuhan atau kehidupan salah satu anggota
keluarga mereka), terutama Hazel dan Augustus yang berusaha untuk menciptakan
momen terindah mereka meski mereka tahu bahwa kanker bisa saja meledak di saat
yang bahkan tidak mereka duga. Para penderita kanker ini memiliki semangat yang
abadi meski sebagian anggota tubuh mereka harus hilang akibat kanker yang
menggerogotinya.
Di dalam novel ini juga,
John banyak menaruh kalimat-kalimat inspiratif dan bisa dibilang kontroversi
namun cukup inspirasional. Dia pintar membuat metafora-metafora melalui
perkataan beberapa tokoh yang diciptakannya, terutama Augustus Waters.
Lelucon-lelucon yang diciptakan pun cerdas. John meletakkan semuanya pada
tempatnya. Hal ini membuat kita tidak mudah bosan membacanya. Dengan novel ini,
kita dapat mengetahui bahwa kita harus melakukan hal terbaik yang bisa kita
lakukan selama kita masih hidup sekalipun hidup yang kita miliki sangat singkat
dibandingkan dengan orang-orang lainnya.
Mungkin, di novel ini ada
sebuah kelemahan kecil, namun bagi saya, saya tidak melihat kelemahan itu. Saya
justru mendapat inspirasi dan semangat dari novel ini karena sejujurnya saya
mengalaminya di kehidupan nyata meski yang saya hadapi bukanlah kanker, namun
sama-sama mematikan dan belum ada obatnya.
Ditutup dengan kisah yang
mengharukan dan sebuah eulogi untuk Hazel yang ditulis oleh sang kekasih
sendiri, novel ini sungguh menerangi jiwa bagi pembaca yang membutuhkannya.
0 comments:
Post a Comment