あくら: Dead Sleep

Pages

Tuesday, 18 June 2013

Dead Sleep




Judul                : Dead Sleep (Lukisan Kematian)
Nama pengarang   : Greg Iles
Nama penerbit     : Penerbit Bentang, PT. Bentang Pustaka
Tahun terbit       : 2010
Cetakan            : I
Bahasa             : Indonesia
Penerjemah         : Reni Indardini dan Cahya Wiratama
Jumlah halaman   : 592 halaman
Tebal buku          : 2,7 cm

DEAD SLEEP

Greg Iles lahir pada 1960 di Stuttgart, Jerman. Dia mendirikan band Frankly Scarlett, bermain gitar untuk Rock Bottom Remainders, penulis sembilan novel terlaris New York Times, termasuk Bloody Memory dan 24 Hours, dan juga seorang penulis skenario. Dia tinggal di Natchez, Mississipi. Karya pertamanya berjudul Sapndau Pheonix yang dipublikasikan pada tahun 1993 dan menjadi novel pertama dari dua belas New York Times Best Sellers. Di tahun 2010, The Devil Punchbowl mendapat posisi pertama di daftar the Times.
Di novelnya yang berjudul Dead Sleep ini, Greg menyuguhkan sebuah cerita thriller yang begitu menakjubkan. Dengan latar belakang tempat yang sama dengan tempat dimana ia dibesarkan, Greg telah memperkenalkan tempat yang sudah begitu ia kenal dengan baik tanpa menghilangkan sense dari cerita itu sendiri. Berikut adalah sinopsisnya.
Tangan itu terjulur lunglai. Matanya mentap kosong, sementara warna kulitnya yang bak pualam justru menambah aroma kematian di sana. Masihkah sang model bernyawa saat dilukis?  Tak ada yang tahu kecuali sang pelukis.
Lukisan itu bukan satu-satunya. Beberapa lukisan serupa lainnya terpajang anggun di ruang koleksi pribadi dan museum, menebarkan kekaguman berbalut misteri. Namun, hanya ada satu orang yang menyadari kengerian sesungguhnya di balik proses pembuatan lukisan. Dia adalah Jordan Glass, seorang fotografer peraih Pulitzer yang hidupnya dibayang-bayangi luka masa lalu.
Kini, dalam sebuah ruangan yang sunyi, Jordan merasakan kebekuan mulai menjalari sekujur tubuhnya. Di hadapannya, seorang perempuan muda tergeletak pucat. Apakah perempuan itu telah mati? Apakah dia juga akan segera menyusulnya?
Sementara berbagai pertanyaan berkejaran dalam benak Jordan, sang pelukis terus mengayunkan kuasnya sembari menikmati kedua korbannya perlahan menyongsong maut. Siapakah pelukis itu? Dan, jantung Jordan nyaris berhenti saat melihat wajah sang pelukis!
Novel ini menyajikan informasi yang sangat lengkap dan mendetail. Mulai dari bidang fotografi, seni lukis, sampai sejarah. Semua berdasarkan fakta. Kemudian, pendalaman karakter Jordan di sini sangat baik sehingga pembaca dapat merasakan apa yang Jordan rasakan. Greg memukau saya dengan kisah akhir yang menegangkan serta sangat di luar dugaan.
Namun, untuk membaca novel ini, pembaca perlu berkonsentrasi penuh karena petunjuk-petunjuk yang disuguhkan secara bertahap cukup membingungkan. Maksud saya, Greg mungkin ingin menguak identitas sang pelukis di akhir cerita dan itu memang benar. Greg terlihat tidak terburu-buru untuk menguak petunjuk-petunjuk yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui siapa sang pelukis. Meskipun begitu, bukannya membosankan, pembaca akan dibuat penasaran dengan kisah selanjutnya.
Novel ini menyajikan hal-hal yang sangat bermanfaat. Di samping informasi yang disajikan begitu detail, pembaca juga dapat mengambil pelajaran dari kisah masa lalu Jordan yang begitu memilukan namun indah. Selain itu, pembaca juga diajak untuk berpikir dalam menemukan sang pelukis seperti layaknya seorang detektif. Sensasi itu mungkin jarang dirasakan bagi sebagian pembaca. Novel ini layak dibaca bagi siapa saja yang ingin mendapatkan cerita berkualitas untuk mereka baca.  

0 comments:

Post a Comment

 
s
u
m
u
s
a
r
b
m
u
t
e
s
i
v
l
u
P